BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Psikologi dewasa ini semakin menjadi
bagian yang sangat sentral pada ilmu pengetahuan dan khususnya dalam dunia
pendidikan. Dengan psikologi manusia dapat mempelajari setiap gejala yang
terjadi baik itu didalam masyarakat maupun individu pada khususnya. Dalam
psikologi terdapat banyak bagian yang terkandung didalamnya salah satunya
adalah cabang keilmuan psikologi pendidikan yang banyak berkaitan dengan
pendidikan dan didalam pendidikan itu terdapat banyak konsep ilmu diantaranya
belajar dan mengajar.
Hakekat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya
kekuatan-kekuatan serta aktifitas-aktifitas kejiawaan dalam diri manusia, yang
semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk lain.
Tanpa disadari manusia secara tidak langsung telah melakukan suatu perubahan
dimana perubahan tersebut terbentuk dari tidak bisa menjadi biasa, tidak tahu
menjadi tahu dan seterusnya hingga manusia tersebut menjadi manusia sempurna
(insan kamil).
Belajar bukanlah kegiatan yang hanya berlangsung di
dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
tidak hanya melibatkan yang benar saja, tetapi juga melibatkan yang tidak
benar, missal ada murid yang salah mengeja kata, kita tidak dapat
mengatakan bahwa tidak belajar, hanya saja dia mengeja yang salah. Jadi belajar
tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga dapat
berkenaan dengan sikap, tingkah laku, kejiwaan dan perasaan.
Unsur asasi dari belajar adalah selalu melibatkan adanya perubahan dalam diri orang yang belajar. Perubahan itu bisa terjadi dengan sengaja bisa lebih baik bisa lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman, oleh interaksi antar orang dengan lingkungannya. Untuk itu dalam makalah ini kami menguraikan tentang definisi belajar, definisi psikologi serta konsep dan makna psikologi belajar.
Unsur asasi dari belajar adalah selalu melibatkan adanya perubahan dalam diri orang yang belajar. Perubahan itu bisa terjadi dengan sengaja bisa lebih baik bisa lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman, oleh interaksi antar orang dengan lingkungannya. Untuk itu dalam makalah ini kami menguraikan tentang definisi belajar, definisi psikologi serta konsep dan makna psikologi belajar.
Lain halnya dengan mengajar, mengajar merupakan
suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup
berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74)
mengatakan “guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang
akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik
minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk
pengembangan aktivitas siswa dalam belajar. Meliat dari semua pernyataan diatas
maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi tentang bagaimana peran psikologi
dalam pendidikan dan khususnya dalam pembelajaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam
makalah ini adalah:
1. Pengertian
psikologi secara umum ?
2. Bagaimana
psikologi sebagai ilmu ?
3. Apa
itu psikologi pendidikan ?
4. Pengertian
belajar ?
5. Apa
yang dimaksud pembelajaran ?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui peran psikologi dalam proses belajar dan pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui pengertian psikologi secara umum
3. Untuk
mengetahui peran psikologi sebagai ilmu
4. Untuk
mengetahui psikologi pendidikan
5. Untuk
mengetahui pengertian belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PSIKOLOGI
Psikologi
merupakan cabang ilmu yang mempunyai peran yang sangat penting dalam ilmu
pengetahuan dan merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tergolong muda,
psikologi memiliki pengertian sebagai berikut. Secara etimologis, psikologi
berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan
"logos" atau ilmu. Dilihat dari arti kata terseJbut seolah-olah
psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika
kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari,
maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung atau psikologi adalah ilmu yang
mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang dapat dilihat melalui tingkah laku.
Berkenaan dengan
obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah
manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
a. Psikologi
sebagai ilmu
Psikologi
sebagai ilmu dimulai pada tahun 1879, sewaktu Wilhelm wundt mendirikan
laboratorium psikologi di kota Leipzig Jerman. Wundt seorang ahli filsafat,
ahli faal dan psikologi. Ia mulai mengadakn penelitian-penelitian psikologi
melalui percobaannya mengenai pikiran atau akal manusia.
1. Psikologi
pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki
kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
2. Epistemologis;
teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan
dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal
maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun
pendekatan kuantitatif.
3. Aksiologis;
manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian
efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Tiga masalah yang menjadi pusat perhatian
penelitiannya yaitu :
a. Proses
kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
b. Cara
unsur-unsur itu saling berhubungan, dan
c. Menentukan
hukum atau aturan dari hubungan unsur-unsur tersebut.
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berbeda-beda seperti pertumbuhan fisik, genetika, sistem otak,
kematangan dan karakteristik individu lainnya. Oleh karena itu, para ahli
psikologi mencoba menyusun teori psikologi melalui enam pendekatan, yaitu :
1. Menghubungkan
dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil studi lannya
yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.
2. Mensintesiskan
penemuan yang saling berhubungandengan cara mempelajari beberapa model
miniatur yang difokuskan pada penelitian proses atau sub proses psikologi.
3. Menghubungkan
hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih komprehensif agar
diperoleh teori psikologi yang komprehensif pula.Teori psikologi yang
komprehensif minimal
termasuk persepsi, kemampuan dan motivasi.
termasuk persepsi, kemampuan dan motivasi.
4. Mewujudkan
kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama sebagai kerangka
dasar untuk mengembangkan teori psikologi yang komprehensif.
5. Berdasarkan
pendekatan keempat di atas muncul aliran-aliran dan pandangan psikologi
yang berbeda sehingga terjadi persaingan satu sama lainnya, menuju kepada
teori psikologi komprehensif.
6. Pendekatan
yang berorientasi kepada penelitian psikologi yang terintegrasikan dengan
teori ilmu prilaku manusia seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, dsb.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu
psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan
psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus,
diantaranya :
a. Psikologi
Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan
mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
b. Psikologi
Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek
kepribadiannya.
c. Psikologi
Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
d. Psikologi
Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
e. Psikologi
Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
f. Psikologi
Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di
atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke
depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan
yang semakin dinamis dan kompleks. Namun kita akan terfokus membicarakan
tentang psikologi pendidikan.
B. PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
1. Pengertian
Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut para ahli adalah :
a. Menurut
Jhon dewey: Adalah proses pembentukan kecakapan-kecapakan fundamental secara
intelektual, emosional kea rah alam manusia.
b. Menurut
Ruseu: Adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan
tetapi dibutuhkan waktu dewasa.
c. Menurut
Riarkara: Adalah kemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda kea
rah insani.
d. Menurut
Ahmad Manimba: Adalah bimbingan, pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Psikologi
pendidikan adalah pengetahuan yang mempelajari tingkah laku yang terjadi dalam
proses pendidikan.
1) Faktor-faktor
pendidikan
Menurut Sutari
Imam Barnadib, ada 4 macam:
a. Tujuan
yang hendak dicapai
b. Subjek
(pendidik dan anak didik yang melakukan pendidikan)
c. Lingkungan
d. Alat-alat
tertentu untuk mencapai tujuan.
Tujuan
pendidikan nasional dalam UU No. 2, adalah: ” Mencerdaskan pendidikan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
keda Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki keterampilan, pengetahuan. Kesehatan dan memenuhi rasa tanggung jawab
ke masyarakat dan kebangsaan serta membentuk manusia indonesia yang pancasilais
utuh (paripurna)”.
a. Tujuan
dan peran lembaga pendidikan Lembaga pendidikan keluarga berfungsi:
·
Pengalaman pertama pada kanak-kanak
·
Menjamin kehidupan emosional
·
Menanamkan dasar-dasar pendidikan dan
moral
·
Meletakan dasar-dasar keagamaan
b. Lembaga
pendidikan sekolah berfungsi:
·
Diselenggarakan secara khusus dan dibagi
atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis.
·
Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan
suatu relatif homogen.
·
Waktu pendidikan relatof lama sesuai
dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
·
Materi/visi pendidikan lebih banyak
bersifat akademis/umum.
·
Adanya penekanan tentang kualitas
pendidikan sebagai jawatan terhadap kebutuhan yang akan datang.
c. Lembaga
pendidikan masyarakat
·
Diselenggarakan dengan sengaja di
sekolah
·
Peserta umum, mereka yang tidak sekolah
·
Tidak mengenal jenjang dan program
pendidikan jangka waktu tertentu
·
Peserta tidak perlu homogen
·
Ada waktu belajar dan metode formal
melalui yang sistematis
·
Isi pendidikan bersifat praktis dan
khusus
·
Keterampilan kerja sangat diketatkan
sebagai jawaban terhadap kebutuhan peningkatan tarap hidup.
Didalam berbicara masalah pendidikan didalamnya
terdapat perangkat-perangkat yang kompleks salah satunya adalah guru. Guru
merupakan komponen yang sangat berperan penting baik dalam hal pendidikan
maupun dalam pengajaran. Guru adalah penerus kebudayaan dari segi tugas subjek
pendidikan, adalah partisipasi orang tua. Partisipan merupakan peserta lebih
tepat dari pembantu. Tekanan tuagasnya ialah membina dan mengisi intelek,
meskipun ia juga harus berurusan dengan fungsi lain dari integritas manusia.
Guru-guru dengan tugas membina fungsi intelek tidak boleh mengabaikan atau
tidak melihat integritas itu.
Tugas Guru adalah memandaikan, menyampaikan ilmu pengetahuan dan kepandaian yang biasa diterima oleh intelek, tapi ia juga harus menjaga supaya pandai/pintar itu tidak semata-mata pintar tetapi ia juga harus menjadi pintar yang baik dan juga berguna.
Tugas Guru adalah memandaikan, menyampaikan ilmu pengetahuan dan kepandaian yang biasa diterima oleh intelek, tapi ia juga harus menjaga supaya pandai/pintar itu tidak semata-mata pintar tetapi ia juga harus menjadi pintar yang baik dan juga berguna.
Guru sebagai kesatuan menjadi lembaga yang umum
disebut team guru-guru di dalam sekolah. Team guru-guru adalah lembaga
subordinatif dari lembaga sekolah, namun sekolah biasa diidentifikasikan dengan
guru-gurunya. Guru sebagai suatu team amat penting karena team itu sendiri
dapat berwibawa mengatasi wibawa oknum guru-gurunya, biarpun direkturnya.
Guru-guru harus menjaga wibawa team dan itu memjaga ”image” sekolah dalam
pendidikan, bahwa guru mempunyai kebebasan yang besar dalam tugas-tugasnya,
sehingga guru-guru itu tidak berfungsi dengan baik.
Para guru memandang teori pioget dapat dipakai
sebagai dasar pertimbangan guru dalam menyusun struktur dan urutan mata
pelajaran di dalam kurikulum. Hunt (1964) mempraktekan di dalam program
pendidikan TK yang menekankan pada perkembangan sensori motoris dan
pre-operasional. Poel (1964) di dalam mengajar berhitung.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan
tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang
taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan
individu.
2. Memilih
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi
atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan
bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran
guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing
para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru
dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses
hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi
dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa,
seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan
berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai,
tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai
fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan
iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas
pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan
iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru
tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan
siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di
hadapan siswanya.
7. Menilai
hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru
tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan
prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Berdasarkan poin lima pada pertimbangan psikologis seorang guru mencakup iklim belajar yang kondusif dan belajar merupakan pra syarat utama dalam proses pendidika itu sendiri
Berdasarkan poin lima pada pertimbangan psikologis seorang guru mencakup iklim belajar yang kondusif dan belajar merupakan pra syarat utama dalam proses pendidika itu sendiri
2. pengertian
belajar
Belajar adalah suatu proses di dalam kepribadian
manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas.
a. Teori Belajar Terdapat dua golongan besar dalam jenis teori belajar, yakni golongan behavioristic yaitu teori belajar stimulus-responatau conditioning theories dan golongan gestalt-field atau cognitive-field theories yaitu teori belajar kognitif. Kedua teori belajar ini di samping mempunyai perbedaan bahkan pertentangan juga mempunyai persamaan. Persamaannya terletak dalam hal pandangannya terhadap manusia sama-sama menggunakan pendekatan ilmiah, keduanya melakukan pendekatan psikologi. Sedangkan perbedaannya terletak dalam asumsi mengenai perilaku manusia.
a. Teori Belajar Terdapat dua golongan besar dalam jenis teori belajar, yakni golongan behavioristic yaitu teori belajar stimulus-responatau conditioning theories dan golongan gestalt-field atau cognitive-field theories yaitu teori belajar kognitif. Kedua teori belajar ini di samping mempunyai perbedaan bahkan pertentangan juga mempunyai persamaan. Persamaannya terletak dalam hal pandangannya terhadap manusia sama-sama menggunakan pendekatan ilmiah, keduanya melakukan pendekatan psikologi. Sedangkan perbedaannya terletak dalam asumsi mengenai perilaku manusia.
Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP
memberikan definisi belajar dari beberapa elemen:
·
Belajar adalah merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku
yang lebih baik tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
·
Belajar merupakan suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan atau tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
·
Belajar adalah perubahan relatif mantap,
harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
·
Belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan ataupun sikap.
·
konsep dan makna belajar Telah
dikemukakan diatas bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang
yang terjadi karena pengalaman. Menurut C.T. Morgan dalam Introduction to
Psycology (1961) merumuskan belajar sebagai “suatu perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu”. Jadi bisa
disimpulkan bahwa belajar sangat erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku
seseorang. Akan tetapi perubahan yang bukan terjadi karena adanya proses-proses
belajar tidak dapat dikatakan sebagai belajar. Perubahan selain belajar antara
lain karena adanya proses fisiologis (missal: sakit) dan perubahan terjadi karena
adanya proses-proses pematangan (missal : bayi yang mulai dapat berjalan).
Ada dua pandangan mengenai perubahan yang terjadi
dalam proses-proses belajar, antara lain :
1. Pandangan
Behavioristik
Menurut pandangan ini (seperti J.B. Watson, E.L.
Thorndike, dan B.F. Skinner) Belajar adalah perubahan tingkah laku, dengan cara
seseorang berbuat pada situasi tertentu. Yang dimaksud tingkah laku disini
ialah tingkah laku yang dapat diamati ( berfikir dan emosi tidak menjadi
perhatian dalam pandangan ini, karena tidak dapat diamati secara langsung.
Diantara keyakinan prinsipil yang terdapat dalam pandangan ini ialah anak lahir
tanpa warisan kecerdasan, bakat, persaan, dan warisan abstrak lainnya. Semua
kecakapan timbul setelah manusia melakukan kontak dengan lingkungan.
2. Pandangan
Kognitif
Menurut Pandangan ini (seperti Jean Piaget, Robert
Glaser, John Anderson, Jerome Bruner, dan David Ausubel) Belajar adalah proses
internal mental manusia yang tidak dapat diamati secara langasung. Perubahan
terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam
situasi tertentu, perubahan dalam tingkah lauku hanyalah suatu refleksi dari
perubahan internal dan tak dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan
proses mental. (aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti,
perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran). Selain dari pada itu,
dewasa ini para neobehaviorist memperluas pandangan behavioristik tentang
belajar meliputi aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara langsung seperti
harapan-harapan, keinginan, keyakinan, dan pikiran. Salah seorang diantaranya
ialah albert Bandura (1986) dengan teori kognitif sosial-nya yang menganggap
bahwa belajar itu lebih dari sekedar adanya perubahan dalam tingkah laku yang
diamati. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang dapat
diamati yang berdasar pad apengetahuan tersebut. Dalam banyak hal teori ini
dapat dianggap sebagai tali penghubung antara aliran behaviorisme dengan teoir
kognitif. Dari berbagai pendapat dan pandangan mengenai definisi belajar
terlepas dari berbagai macam kelemahan-kelemahan dari masing pandangan dapat
disimpulkan bahwa belajar suatu porses yang terjadi dalam diri seseorang
(pandangan kognitif), tetapi juga menekankan pentingnya perubahan dalam tingkah
laku yang dapat diamati sebagai pertanda bahwa belajar telah berlangsung
(pandangan behavioristik) dengan menunjukkan perubahan yang progresif pada
tingkah laku sehinga hasil yang dicapai maksimal.
3. konsep
psikologi belajar
Dari uraian tentang psikologi, bahwa psikologi
sebagai ilmu pengetahuan berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia,
sedangkan belajar merupakan kegiatan manusia yang berhubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Agar kegiatan belajar tersebut memperoleh
hasil yang maksimal sesuai harapan, maka manusia tersebut membutuhkan suatu
pemahaman tentang psikologi.
Tujuan dari memperlajari psikologi belajar adalah
agar manusia mempunyai pemahaman lebih tentang indivudi, baik dirinya sendiri
maupun orang lain serta dari hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan
dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana.
3. pembelajaran
Mengapa
diperlukan teori pembelajaran?. Disini kita akan memfokuskan aspek dasar dari
psikologi yang mana memasukan pengetahuan, pemahaman, perkembangan, kepribadian
dan lain lian. Bagi ahli psikologi tekanan pada teori pembelajaran dan dengan
penelitian yang utama dari fakta sejarahnya bahwa teori pembelajaran menempati
tingkat utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan psikologi semenjak awal abad
ini dimulai. Memang sejarah dari perkembangan teori pembelajaran ini adalah
cabang dari psikologi yang dikenal hamper isomorphic dengan sejarah psikologi
sebagai suatu keteraaturan yang terpisah.
Untuk mengetahui
dan memahami teori pembelajaran dan untuk dapat mengerti masalah yang timbul di
dalam perkembangan teori ini perlun adanya pemahaman yang baik terhadap
persoalan utama dalam teori psikologi. Oleh karena itu banyak orang yang
melihat dirinya sebagai seorang psikologis atau siapa saja yang berkeinginan
menggunakan psikologi untuk beberapa tujuan praktek haruslah paham dengan teori
belajar. Ini secara tidak langsung bagi mereka teori belajar dianggap cukup
untuk memecahkan masalah penting ketika dilihat dari teori psikologi lain yang
terpisah. Salah satu dari tujuan makalah ini adalah untuk memberikan proses dan
asas dari gagasan teori belajar dan mengaharapkan pembaca akan mendapat
pemahaman teori belajar sebagai salah satu aspek dasar teori ilmu pengetahuan
psikologi yang mana terkait dengan pendidikan. Catatan penting bahwa orientasi
ada dan sangat mempengaruhi hubungan antara psikologi dan pendidikan.
Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain :
Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain :
a. Definisi
klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah
pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai
sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini
sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar
adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang
sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.
b. Definisi
modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan
tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa
mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha
membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para
ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution,
yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga
terjadilah proses belajar mengajar.
c. Menurut
Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan
kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang
lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun konsep baru tentang
mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar,
bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Nasution
(1982:8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas
kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan
demikian proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang
dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung. Usman
(1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan
suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik
ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam
pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi
diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu
aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah
seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.
Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai
Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai
·
menyampaikan pengetahuan kepada
siswa,
·
mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda,
·
usaha mengorganisasi lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa,
·
memberikan bimbingan belajar kepada
murid,
·
kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga negara yang baik,
·
suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, mengajar
adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention
of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik)
dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik)
melakukan kegiatan belajar.
Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu
Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu
1) Pengertian
Kuantitatif.
Mengajar
diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan
kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan
tanggung jawab pengajar.
2) Pengertian
institusional.
Mengajar berarti the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam
hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik
mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda
bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
3) Pengertian kualitatif.
Mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna
dan pemahamannya sendiri. Burton (dalam Sagala, 2003:61) mengemukakan mengajar
adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar.
Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para
pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks
yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga
terjadi proses belajar.
Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah
Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah
·
mengatur kegiatan belajar siswa,
·
memanfaatkan lingkungan, baik ada di
kelas maupun yang ada di luar kelas, dan
·
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan,
dan dorongan kepada siswa.
Berdasarkan penjelasan dari teori-teori diatas dapat
dilihat bahwa belajar dan pembelajaran
1. Teori
Pengajaran
Ada Beberapa
pendapat yang menyangkut hubungan antara teori belajar dengan teori
pengajaran.Berikut ini akan dikemukaan lima pendekatan bagaimana menggunakan
teori belajar psikolog dalam menyusun teori pengajaran.
a. Pendekatan
Modifikasi Tingkah Laku.
Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus dan diterapkan dalam bidang klinis dan pendidikan.Kaedah –kaedah belajarnya diturunkan dari studi laboratorium proses belajar.Ia mendorong pendidik untuk menggunakan kaedah –kaedah penguatan (reinforcement) dalam mengidentifikasi aspek –aspek penting dalam belajar, dan mengatur kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki reward.Di samping itu pendekatan modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran terlalu mendorong para sisiwa untuk percaya bahwa selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah.
2. Pendekatan Teori Belajar Konektif
Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa, menggunakan kaedah –kaedah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu belajar bila mereka memasuki situasi belajar mengajar.
3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar
Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan respon sisiwa terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan sebagai kontrol respon dan ganjaran merupakan cara untuk membimbing perhatian dan tingkah laku sisiwa.
4. Pendekatan Analisis Tugas
Pendekatan ini muncul kaerna ketidak puasan terhadap teori pengajaran berdasarkan kaedah –kaedah belajar laboratoris. Mereka menyatakan bahwa studi belajar psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang sitematis untuk menganalisis jenis tugas yang ada dalam latihan pratis termasuk dalam praktek pendidikan dan pengjaran.
5. Pendekatan Psikolog Humanistik
Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif baru neobehaviorisme dan psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani pribadi keseluruhan (whole person) dari pada analisis bagian –bagian dari semua sub aspek manusia.Sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang lebih bermakna.Namun teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai dan menuntut pengujian secara empiris.
Penjelasan diatas membuktikan bahwa betapa pentingnya psikologi dalam proses belajar dan mengajar maupun dalam dunia pendidikan pada umumnya. Guru dituntut untuk mengetahui aspek-aspek kejiwaaan dari peserta didiknya agar guru dapat menerapkan konsep belajar maupun mengajar yang pas untuk peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan.
Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus dan diterapkan dalam bidang klinis dan pendidikan.Kaedah –kaedah belajarnya diturunkan dari studi laboratorium proses belajar.Ia mendorong pendidik untuk menggunakan kaedah –kaedah penguatan (reinforcement) dalam mengidentifikasi aspek –aspek penting dalam belajar, dan mengatur kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki reward.Di samping itu pendekatan modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran terlalu mendorong para sisiwa untuk percaya bahwa selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah.
2. Pendekatan Teori Belajar Konektif
Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa, menggunakan kaedah –kaedah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu belajar bila mereka memasuki situasi belajar mengajar.
3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar
Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan respon sisiwa terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan sebagai kontrol respon dan ganjaran merupakan cara untuk membimbing perhatian dan tingkah laku sisiwa.
4. Pendekatan Analisis Tugas
Pendekatan ini muncul kaerna ketidak puasan terhadap teori pengajaran berdasarkan kaedah –kaedah belajar laboratoris. Mereka menyatakan bahwa studi belajar psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang sitematis untuk menganalisis jenis tugas yang ada dalam latihan pratis termasuk dalam praktek pendidikan dan pengjaran.
5. Pendekatan Psikolog Humanistik
Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif baru neobehaviorisme dan psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani pribadi keseluruhan (whole person) dari pada analisis bagian –bagian dari semua sub aspek manusia.Sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang lebih bermakna.Namun teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai dan menuntut pengujian secara empiris.
Penjelasan diatas membuktikan bahwa betapa pentingnya psikologi dalam proses belajar dan mengajar maupun dalam dunia pendidikan pada umumnya. Guru dituntut untuk mengetahui aspek-aspek kejiwaaan dari peserta didiknya agar guru dapat menerapkan konsep belajar maupun mengajar yang pas untuk peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan.
0 komentar:
Posting Komentar