font-weight:bold;"> Selamat Datang dibolg Media pembelajaran yang merupakan alat bantu proses belajar mengajar saya

Selasa, 03 Juni 2014

Makalah Psikologi Pembelajaran

Posted by Bahtiar on 05.24



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman siswa mengalami suatu proses belajar.
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan latar belakang guru”.
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru mengajarkan topic tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apa faktor yang mempengaruhi kualitas belajar ?”

C.    Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah agar pendidik dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses belajar peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dal diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Dibawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar :
1.      Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)
a.       Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,s akit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya,dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik debngan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.


b.      Intelegensi (kecerdasan)
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cendrung baik sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya rendah. 
Raden Cahaya Prabu, pernah mengatakan dalam mottonyan bahwa: “didiklah anak sesuai taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa anak didik.
Beliau berkeyakinan bahwa perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada masa umur balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja, terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat inderanya mengalami kerusakan. Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Beliau juga mengatakan bahwa anak-anak yang taraf intelegensinya dibawah rata-rata, yaitu dull normal, debil, embicil, dan idiot sukar untuk sukses dalam sekolah. Mereka tidak akan mencapai pendidikan tinggi karena kemampuan potensinya terbatas. Sedangkan anak-anak yang taraf intelegensinya normal, diatas rata-rata seperti superior, gifted dan genius, jika saja lingkungan dan keluarga, masyarkat dan lingkungan pendidikannya juga turut menunjang, maka mereka akan dapat mencapai prestasi dan keberhasilan dalam hidupnya.
c.       Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemamapuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat musik akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.
Banyak sebenarnya bakat bawaan atau terpendam yang dapat ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Disini tentu saja diperlukan pemahaman terhadap bakat apa yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Soenarto dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Misalnya, seseorang mempunyai bakat menggambar jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahahkan agar ia mendapatkan pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang timbul dan bahkan dapat menjadi pelukis terkenal. Sebaliknya, seorang anak yang mendapatkan pendidikan menggambar dengan baik, namun tidak memiliki bakat menggambar, maka tidak akan pernah mencapai prestasi untuk bidang tersebut. Dalam kehidupan di sekolah sering tampak bahwa seseorang yang mempunyai bakat dalam bidang olahraga, umumnya prestasi mata pelajaran lainnya juga baik.
Keunggulan dalam salah satu bidang, apakah bidang sastra, matematika atau seni, merupakan hasil interaksi merupakan hasil dari bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan yang menunjang termasuk minat dan dorongan pribadi.

d.      Minat
Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa  lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin beser minat. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan datang dari hati sanubari.
Minat yang besar terhadap sesuatu  merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai  atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cendrung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seseorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menimbulkan minat anak didik terhadap sesuatu? Memahami kebutuhan anak didik dan melayani kebutuhan anak didik adalah satu upaya membangkitkan minat anak didik.
Dalam penentuan jurusan harus disesuaikan dengan minat anak didik. Jangan dipaksakan agar anak didik tunduk pada kemauan guru untuk memilih jurusan lain yang sebenarnya anak didik tidak berminat. Dipaksakan juga pasti akan sangat merugikan anak didik. Anak didik cenderung malas belajar untuk mempelajari mata pelajaran yang disukainya. Anak didik pasrah pada nasib dengan nilai apa adanya.
Cara yang efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat anak didk yang telah ada. Misalnya, beberapa orang anak didik menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum mengerjakan kecepatan gerak guru dapat menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saj berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran sesungguhnya.

e.       Motivasi
Menurut Neoehi Nasution, Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendororng seseorang untuk melakukan sesuuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi berbeda dengan minat. Ia adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik), yaitu dorongan yang datang dari sanu bari umumnya karena kesadaraan akan penting nya sesuatu. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman, dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah, atau semangat.
Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

f.       Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan tekhnik dan faktor psiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk member kesempatan kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.
Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan /kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajar, dan penyesuaian bahan pelajaran.

g.      Kemampuan Kognitif (Konsep Diri)
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Disini konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, ranah kognitif, afektif, psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk disukai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkat ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan unutk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusian terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Dalam pengajaran guru harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi pelajaran sejelas-jelasnya, bukan bertele-tele pada anak didik, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi anak didik. Kemungkinan kecilnya kesalahan persepsi anak bila penjelasan ini diberikan itu mendekati objek yang sebenarnya.
Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan menceran materi pelajaran yang disajikan. Seseorang anak yang telah memiliki kemampuan persepsi ini berarti telah mampu menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda, atau kejadian peristiwa. Obejk-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.


2.      Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
a.       Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak perlalatan / media belajar seperti, papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak ada kamar atau meja belajar, dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang.
b.      Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata-tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata-tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah.
Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid perkelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, control guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah.
c.       Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal dilingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangfat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar menjadi berkurang.
d.      Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu-lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya, bila bangunan penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu-lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan tanaman atau pepohonan yang dipelihara dengan baik. Abotik hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratium alam bagi anak didik. Sejumlah kurisi dan meja belajar tertau rapid an ditempatkan dibawah pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar mandiri diluar kelas dan berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan lingkunga membuat anak didik betah berlama-lama di dalamnya. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki. Bukan lingkungan sekolah yang gersang, pengap, tandus, dan panas yang berkepanjangan. Oleh karena itu, pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan lingkungan, bukan memusuhi lingkungan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2013. Psikologi pendidikan. Cetakan ketujuh. Jakarta : PT Bumi Aksara.

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site